Selasa, 12 Maret 2013

KARYA ILMIAH



1.1  Latar Belakang
           Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kerugian harta benda serta kehilangan jiwa,. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
           Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan Pedoman Teknis Menejemen Banjir.
Latar beakang kami membuat karya ilmiah adalah sebagai tolak ukur antara usaha pemerintah dengan keadaan yang ada terutama dalam kasus pengangan nan banjir.

           Agar pemerintah dapat lebih berbenah dan lebih bercermin kekurangan dari segi apa pun agar semua menjdai otimal dan berbuah manis dikemudian hari.  Kami harapkan makalah ini dapat menjadi saran ataupun masukan untuk tindakan pemerintah dikemudian tindakan-tindakan yang lain.























                       1.2 Tujuan
Perumusan masalah ini dimaksudkan sebagai acuan kerja Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola wilayah sungai dan instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan manajemen banjir agar dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, dan berhasil guna; sesuai dengan pola pengelolaan wilayah sungai. Perumusan masalah  ini digunakan bersama pedoman lain yang terkait dengan maksud saling melengkapi.
         Tujuan perumusan masalah  ini adalah terselenggaranya manajemen banjir yang menyeluruh dan terpadu dalam sistem wilayah sungai, sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau kerusakan lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin
.



















1.3 Rumusan Masalah
    Banjir,
Banjir merupakan salah satu masalah yang selalu membelit Indonesia khusunya Ibu Kota Jakarta seebagai kota metropolitan jakarta memiliki banyak masalah yang begitu  pelik terutama banjir, banjir bagaikan masalah yang takp assti akan berakhir  atau tidak. Banjir bagaikan sahabat di Ibu Kota ini di masa penghujan khususnya banjir selalu mengancam dan datang tak terduga hingga melumpuhkan aktivitas di Ibu Kota.

1.3.1  Berikut pendapat para ahli tentang penganggulangan banjir di Ibu Kota Jakrta.
·         Marco Kusumawijaya: Pertama adalah karena lahan ruang untuk menghisap atau meresap air sudah sangat berkurang di Jakarta, dan kedua adalah karena banyak saluran air yang terganggu (ahli tata ruang kota).
·         Budi Widiantoro: Simple saja sebenarnya, masyarakat bisa membantu dengan mempunyai kesadaran tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan karena sampah yang berserakan dan menimbun merupakan salah satu penyebab banjir (Dinas PU DKI Jakarta)
·         Hari Tirto: Dengan menyadari bahwa cuaca kadang susah untuk diprediksi sehingga masyarakat harus selalu bersiap-siap setiap saat menghadapi banjir. Ingat, sebenarnya tidak ada yang namanya siklus 5 tahunan karena Indonesia yang beriklim tropis sangat dinamis cuacanya, jadi masyarakat harus selalu berjaga-jaga! (parkirawan BMKG)


Dapat kita simpulkan dalam pandangan beberapa ahli diatas, peran masyarakat ada yang paling berpengaruh utnuk menganggulangi masalah banjir yang selalu membelit Daerah Ibuk Kota Jakarta.













1.3.2 Kita sudah mendengarkan beberapa pendapat dari berbagai ahli,berikut adalah pendapat dari masyarakat tentang penanggulangan bencana banjir.

“seharusnya,pemerintah lebih menyadari bahwa penataan kota di Jakarta sangat tidak beraturan dan merusak saluran air dan daerah resapan yang ada” (Hartati, 31 tahun karyawan swasta)

“Peremrintah harus menyediakan banyak dareah resapan air”
(Dodi, 21 tahun Mahasiswa)

“sehaursnya pemerintah dan masyarakan bersama-sama berkoordinasi untuk membangun daerah resapan air dan pembenahan saluran darnaise air di Jakarta” (Usman, 45 tahun Pegawai keamanan )


Benar, dapat kita simpulkan dari pendapat dan suara diatas, penangulangan banjir ini harus ditanggapi dengan serius dan diperlukan koordinasi anata pihak Permirntah dengan Masyaarakan untuk meronrganisir agar banjir bisa ditanggulanggi dengan cara yang tepat dan benar.lantas bagaimana kah cara yang efektif untung menanggulangi banjir?.

  1.       Bagaimana cara untuk menanggulangi bencana banjir di Jakarta?
       2.       Bagaimana pandangan badan Metereologi tentang banjir ?
       3.       Apa saja yang diperlukan untuk menanggulangi banjir?
       4.       Apa penyebab banjir di Indonesia ?




















1.4           Manfaat Penelitian
Manfaat dan kegunaan tentang penanggulangan banjir di sungai Ciliwung diharapkan bisa :
1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bias
berpastisipasi mencegah banjir
2. Memberikan motivasi agar setiap orang mau menanggulangi banjir.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara menanggulangi banjir
.























1.5           Sistematik

Bab I

1.1            Pengertian Banjir

Banjir adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya
tidak tertampung oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari
kapasitas sungai yang ada.
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi
dua hal, yaitu karena sebab – sebab alami dan karena tindakan manusia.

Ada dua pengertian mengenai banjir :
  1. Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan ada genangan di sisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air.
  2. Gelombang banjir berjalan ke arah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air di muara sungai akibat badai.

1.2            Kategori banjir
Untuk daerah tropis berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan itu dapat dikatagorikan dalam katagori :
  1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
  2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
  3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bendungan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan bangunan pengendalian banjir.
  4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya /longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/ bendungan tak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.



         1.3 Yang termasuk sebab alami diantaranya :

Curah hujan
Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka akan
timbul banjir atau genangan .

·         Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan kemiringan
Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri
hidrolik (Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan
memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai .

·         Erosi dan sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas penampungan sungai,
karena tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila terbawa air
hujan ke sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan
saat terjadi aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat
menyebabkan banjir.

·         Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan oleh
pengendapan yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai
yang berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.

·         Pengaruh air pasang
Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi genangan/
banjir menjadi lebih tinggi karena terjadi aliran balik
















1.4 Yang termasuk penyebab banjir akibat tindakan manusia diantaranya

·         Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai
Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang
kurang tepat, perluasan kota dan perubahan tata guna lainnya dapat
memperburuk masalah banjir karena berkurangnya daerah resapan
air dan sediment yang terbawa ke sungai akan memperkecil
kapasitas sungai yang mengakibatkan meningkatnya aliran banjir.

·         Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di bantaran sungai merupakan
penghambat aliran sungai.

·         Sampah
Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air
banjir karena menghalangi aliran.































Bab II

2.1 Pengertian banjir

Banjir
Banjir adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya
tidak tertampung oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari
kapasitas sungai yang ada.
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi
dua hal, yaitu karena sebab – sebab alami dan karena tindakan manusia.
Yang termasuk sebab alami diantaranya :

􀂾 Curah hujan
Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka akan
timbul banjir atau genangan .

􀂾 Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan kemiringan
Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri
hidrolik (Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan
memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai .

􀂾 Erosi dan sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas penampungan sungai,
karena tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila terbawa air
hujan ke sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan
saat terjadi aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat
menyebabkan banjir.

􀂾 Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan oleh
pengendapan yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai
yang berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.

􀂾 Pengaruh air pasang
Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi genangan/
banjir menjadi lebih tinggi karena terjadi aliran balik (back water)
Yang termasuk penyebab banjir akibat tindakan manusia diantaranya :

􀂾 Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai
Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang
kurang tepat, perluasan kota dan perubahan tata guna lainnya dapat
memperburuk masalah banjir karena berkurangnya daerah resapan
air dan sediment yang terbawa ke sungai akan memperkecil
kapasitas sungai yang mengakibatkan meningkatnya aliran banjir.
􀂾 Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di bantaran sungai merupakan
penghambat aliran sungai.


􀂾 Sampah
Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air
banjir karena menghalangi aliran.

2.2 Pengendalian Banjir

Merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan pekerjaan
pengendalian banjir, eksploitasi dan pemeliharaan, yang pada dasarnya
untuk mengendalikan banjir, pengaturan penggunaan daerah dataran banjir
dan mengurangi atau mencegah adanya bahaya/kerugian akibat banjir.
Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg,
1996) :
Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau
pengaturan tata guna lahan)

Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bantuan pengontrol
(waduk) atau normalisasi sungai.

Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknis mitigasi seperti
asuransi, penghindaran banjir (flood profing)

Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya
seperti penghijauan.

2.3 Penyebab Banjir
Banjir pada umumnya disebabkan curah hujan yang tinggi di atas normal sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Daya tampung sistem pengaliran air tak selamanya sama tapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir sehingga debit air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan memicu terjadinya erosi lahan curam yang menyebabkan sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Di samping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman yang padat dengan bangunan sehingga daerah resapan air ke dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.

 2.4 Kajian Bahaya Banjir

Kajian bahaya banjir sebagai data historis dan empiris yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kerawanan dan langkah-langkah antisipasi banjir suatu daerah. Kajian ini meliputi :
  1. Catatan kejadian banjir di masa lalu (lokasi, frekuensi, luas genangan, lama genangan).
  2. Pemetaan topografi untuk menentukan wilayah dataran banjir.
  3. Data hujan (kejadian hujan ekstrim, periode ulang)
  4. Peta tata guna lahan
  5. Peta sebaran penduduk

2.5 Parameter Banjir

Parameter atau tolok ukur ancaman/bahaya dapat ditentukan berdasarkan :
  1. Luas genangan (km2 . ha)
  2. Ketinggian banjir (m)
  3. Kecepatan aliran (m/detik, km/jam)
  4. Material yang dihanyutkan (batu, pohon, benda keras lainnya)
  5. Endapan lumpur (m, cm)
  6. Lamanya genangan (jam, hari, minggu)
  7. Frekuensi kejadian

2.6 Tinjauan Banjir dari Sisi Meteorologi

Bencana alam banjir disebabkan oleh buruknya sistem cuaca meso atau makro. Faktor meteorologis utama yang menyebabkan bencana banjir adalah hujan torensial (torrential rain/yaitu hujan deras yang sangat lebat dan cenderung menyebabkan banjir), distribusi hujan dan durasi hujan. Faktor lain yang penting adalah sifat fisik permukaan tanah. Siklon tropis juga dapat mempengaruhi sistem cuaca di Indonesia, terutama peningkatan perawanan, curah hujan, angin dan gelombang laut.

Awan konvektif jenis cumulus banyak muncul karena Indonesia merupakan daerah konveksi aktif. Jika ia tumbuh menjadi Cumulonimbus dalam sistem cuaca lokal maka akan menghasilkan hujan deras dan kemungkinan terjadinya petir. Hujan deras ini sering menimbulkan banjir lokal dalam waktu yang relatif singkat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWuZROtc7pWE28rhpkzzuFqMttes3KcMWZCW81UgSoHSjP76cek7rIFpkJESMs1R0ArCG1zsNCmWe5UhWvFyN9IoQ7xGKEfcAayFjldRaBAieQ9ip1HQlIj_CwulsnCH2lbA5HbNcGpEjE/s400/cumulonimbus-tav.jpg

Gambar 2. Awan Cumulonimbus

Siklon tropis mempunyai sistem perawanan puluhan ribu kilometer persegi. Siklon tropis akan bergerak mengikuti punggung panas (thermal ridge) laut atau mengikuti gaya Coriolis yang lebih besar. (Thermal ridge: adalah kawasan sinoptik dengan skala suhu lebih panas). Di belahan bumi selatan, siklon tropis di Samudera Pasifik biasanya bergerak ke barat atau barat daya menghantam Australia.

Di sekitar daerah ekuator tidak terjadi siklon tropis. Hal ini dikarenakan salah satu syarat yang diperlukan dalam pembentukan nilai parameter Coriolis minimal harus dicapai yaitu pada lintang > 5 derajat Utara dan Selatan. Menuju ekuator parameter Coriolis menuju nol, artinya gaya Coriolis juga menuju nol. Jika gaya Coriolis lemah maka siklon tropis tak terbentuk.

Dampak siklon tropis bagi sistem cuaca di Indonesia adalah peningkatan curah hujan, angin dan gelombang laut, terutama pada daerah-daerah yang dekat dengan jalur (track) siklon tropis. Pada daerah yang dilalui oleh jalur siklon tropis akan dilanda banjir yang relatif lama, karena waktu hidup siklon tropis sekitar satu minggu.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjycWlBrQScIP0gDmM8tEmNTAaA9qUvQh9wgvUVTQDX8i5iFxf1gqUdW_gOaVUkO4tDoDN5wd_2QqDVoVYBx1BOSMhI7R-NvpxZ-R7als1u2vHlnTUUpXGHRp5CPXZpSS_AYZT_iK4Fep5Q/s400/hurricane_kate1.jpg
Gambar 3. Siklon tropis


http://iwandahnial.files.wordpress.com/2008/09/katrina-8.jpg?w=510&h=382http://iwandahnial.files.wordpress.com/2008/09/katrina-6.jpg?w=329&h=512Gambar 4 & 5. Badai Katrina, sebuah siklon tropis besar yang melanda wilayah tenggara AS 24-31 Agustus 2004 dan menyebabkan kerusakan yang besar. Lebih dari 200.000 km² wilayah tenggara AS terpengaruh badai ini, termasuk Lousiana, Mississippi, Alabama, Florida dan Georgia.

Pemanasan radiasi matahari terhadap bumi menyebabkan densitas udara permukaan mengecil sehingga terjadi sel tekanan rendah. Dalam sistem cuaca lokal menyebabkan konveksi atau arus udara ke atas (updraft). Konveksi ini membawa uap air dari tempat di sekitarnya karena ada konvergensi udara lokal pada sel tekanan rendah. Konveksi kuat menyebabkan awan konvektif jenis Cumulus atau Cumulonimbus yang menghasilkan hujan deras (shower), batu hujan es (hailstones) dan petir. jika drainase lokal tidak berjalan dengan baik maka hujan dari awan Cumulonimbus dapat menyebabkan banjir lokal.

http://legacy.lclark.edu/%7Ekrauss/hatchetweb/chapter7%20sujin/images/cumulonimbus.jpgGambar 6. Awan Cumulonimbus

Pada bulan-bulan Desember, Januari dan Pebruari, Zona Konvergensi Intertropis (ZKI) umumnya berada di atas wilayah Indonesia yang terletak di belahan bumi selatan (BBS). Karena itu pada periode musim panas di BBS atau musim dingin di BBU, hujan torensial dapat terjadi di sekitar ekuator geografis. Hujan torensial di atas Zona Konvergensi Intertropis dapat menyebabkan bencana banjir skala luas.

Sebagian besar siklon tropis muncul di musim panas. Di belahan bumi selatan siklon tropis banyak muncul pada bulan-bulan Desember-Februari, sehingga curah hujan dari siklon ini memperbesar curah hujan yang disebabkan oleh sistem cuaca meso dan makro di atas wilayah Indonesia. Siklon tropis dapat mempengaruhi pola garis arus udara (stream line) dengan demikian mempengaruhi pola cuaca di atas wilayah Indonesia.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbBM72cHk82tm6WSKcWuAcgQ0a6ZB3awOmJDwVNRhKbt7wjkTrV3McCNVf1x_taL2Br0IxOXZsSgKD7FtH8KePRKQtsnBEe9_EkDJv-n2nHJCvLSQO17qr8MlwpyuXi3td5V_N-GtE68sZ/s400/Angin+23+NOP%2709+12.00Z.gifGambar 7. Gambar analisa angin (streamline) dari Bureau of Meteorology (BOM) Australian Government pada tanggal 23 Nopember 2009 jam 12.00 UTC (20.00 wita). Analisa tersebut digunakan untuk memperoleh pola cuaca, daerah konvergensi, daerah angin siklonal dan antisiklonal.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFoa9FqmuBE8OFULWD4QZNNsl6Y0JObF48g7jRIJAOAY95BNkuodgbZinEeJa-mITQqeumbcDeG7XnPbQIxuOaGstzP4E2jLm3KlkaHjzFkl4i3Kd7AcZ0Qiq3PbW20ImsGB3jrZZfOa1_/s400/HUJAN+21-23+NOPEMBER+2009.jpgGambar 8. Curah hujan harian di Banjarbaru dan sekitarnya pada kisaran tanggal 21-23 Nopember 2009. Dapat disimpulkan pada waktu itu terjadi hujan lebat (> 50 mm).

Baik hujan konveksional, konvergensi maupun hujan siklon tropis, ketiganya disebabkan oleh sel tekanan rendah pada pusat awan konvektif, Zona Konvergensi Intertropis dan pada mata siklon tropis. Sel tekanan rendah ini menyebabkan konvergensi arus udara dan gerakan arus ke atas (updraft) yang membawa uap air. Awan konvergensi dan awan siklon tropis mempunyai sistem cuaca skala meso atau makro yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara curah hujan, infiltrasi dan limpasan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu1eTEgkFESVQZDBOF7rZo_rm82Qcf6p4C58-5teaDdckOvzKjByguCsABDYuEXxYkmS_5L1vNEXz3xsEN35N-jU8n-1PM2r8sjlTSWzjtwEs4wWZwkaJXsLd4TXdsDFcWQ3m8FupIjagi/s400/banjir.JPGGambar 9. Bagan peristiwa bencana banjir

Siklus hidrologi dapat dikatakan sebagai gerakan air dalam tiga fasenya, yaitu fase gas (uap air), cair dan padat (es) dari osean, darat atau tanaman ke dalam atmosfer melalui penguapan, sublimasi dan transpirasi. Bagian-bagian dalam siklus hidrologi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan dengan prinsip konservasi massa atau kontinuitas. Jadi arus masuk (inflow) atau presipitasi (P), sama dengan arus keluar (outflow) ditambah perubahan dalam sistem. Faktor arus keluar adalah evaporasi (E) dan limpasan permukaan (Q) ditambah drainase bawah permukaan (subsurface) (D), sedangkan faktor perubahan adalah air dalam simpanan (storage) (S), sehingga dapat dirumuskan:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikNKnbkrc-NGRvKRAGelYOJr6jbFp1YQF2-dVSvalZiCLRRdyGl5gC2CPAdBPDedJFzrps33jvfXK03XTOQQeKxXl1t0fbeDEev3jCB3Ljh_zHHLYnZczBR_sEglCKXOUF_3ioV3DFd3-U/s400/rumus+faktor+siklus+hidrologi.bmphttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMnA5s6LtFVhGjKDnNVv7zeaByDhxedsuVB_g2MTRutzmua_wHQMFqJ8R48iTpWVfUaDytA8MiUCfdPg5twVaLGBu9C_1oZbBxQqkGuBwkVw_uBgp4NWIpg77kwkvPq6xpn6bgiFqT86KY/s400/siklushidrologi.gif
Gambar 10. Siklus hidrologi

Dari sejumlah bencana banjir yang terjadi dapat diketahui bahwa penyebab utama adalah faktor meteorologis unsur curah hujan terutama intensitas hujan, distribusi hujan dan durasi hujan. Faktor lain penyebab banjir adalah sifat-sifat fisis dari permukaan tanah, kandungan air tanah dan permukaan tanah (apakah tanah gundul, tanah bertanaman dan lain-lain).

2.7 Mitigasi Bencana Banjir

Dikarenakan sistem cuaca penyebab banjir berskala meso dan makro, maka penanganan banjir harus dilakukan secara terpadu, terutama pada daerah tangkapan curah hujan. Faktor limpasan permukaan, drainase dan simpanan air harus diperhatikan. Perlu dipertimbangkan juga simpanan air permukaan melalui tanaman, di samping kelembapan tanah dan daerah resapan.

Reboisasi perlu mendapat prioritas, di samping menambah hutan kota sebagai tempat resapan air dan tempat rekreasi. Di daerah pegunungan tanaman pepohonan juga penting untuk mengurangi energi kinetik tetes-tetes hujan yang jatuh dari dasar awan. Akar tanaman juga sangat penting sebagai pengikat tanah, sehingga erosi dan lonngsor dapat dicegah.

Sumber :

Anonim. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set BAKORNAS PBP. Jakarta.

Bayong Tjasyono. 2003. Geosains. Penerbit ITB. Bandung.

Bayong Tjasyono dan Sri Woro B. Harijono. 2007. Meteorologi Indonesia 2 Awan & Hujan Monsun. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.











Bab III
  

        Dari penjelasan diatas kita telah mengerti dan memahami banyak faktor yang menyebabkan banjir,mulai dari faktor alam maupun faktor manusia,seharusnya sebagai manusia harus menghargai alam,dan dengan mernghargai alam lah kita dapat saling hidup berdampingan di alam semesta yang kaya ini.

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dalam penjelasan dan uraian diatas adalah sebagai mahluk hidup seharusnya manusia lebih ramah dengan alam,melestarikan alam.dengan itu lah kita manusia dapat tinggal dibumi ini tanpa perlu takut ditenggelamkan oleh air secara tiba-tiba.
3.2 Saran
Saran daari kami adalah seharusnya masyarakat dan pemerintah saling berkordinasi demi mewujudkan susana alam dan kehidupan tanpa di nayanggi oleh banjir yang sewaktu-waktu datang,dan dengan saling mernghargai anatara alam dan manusia lah yang dapat membuat kita hidup bahgia.