1.1
Latar Belakang
Bencana banjir merupakan kejadian
alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kerugian harta
benda serta kehilangan jiwa,. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat
dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan Pedoman Teknis Menejemen Banjir.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan Pedoman Teknis Menejemen Banjir.
Latar beakang kami membuat karya ilmiah
adalah sebagai tolak ukur antara usaha pemerintah dengan keadaan yang ada terutama
dalam kasus pengangan nan banjir.
Agar pemerintah dapat lebih berbenah
dan lebih bercermin kekurangan dari segi apa pun agar semua menjdai otimal dan
berbuah manis dikemudian hari. Kami
harapkan makalah ini dapat menjadi saran ataupun masukan untuk tindakan
pemerintah dikemudian tindakan-tindakan yang lain.
1.2 Tujuan
Perumusan masalah ini dimaksudkan sebagai acuan kerja
Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola wilayah sungai dan instansi lain
dalam menyelenggarakan kegiatan manajemen banjir agar dapat dilaksanakan secara
cepat, tepat, dan berhasil guna; sesuai dengan pola pengelolaan wilayah sungai.
Perumusan masalah ini digunakan bersama
pedoman lain yang terkait dengan maksud saling melengkapi.
Tujuan perumusan masalah ini adalah terselenggaranya manajemen banjir yang menyeluruh dan terpadu dalam sistem wilayah sungai, sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau kerusakan lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin.
Tujuan perumusan masalah ini adalah terselenggaranya manajemen banjir yang menyeluruh dan terpadu dalam sistem wilayah sungai, sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau kerusakan lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin.
1.3 Rumusan Masalah
Banjir,
Banjir merupakan
salah satu masalah yang selalu membelit Indonesia khusunya Ibu Kota Jakarta
seebagai kota metropolitan jakarta memiliki banyak masalah yang begitu pelik terutama banjir, banjir bagaikan
masalah yang takp assti akan berakhir
atau tidak. Banjir bagaikan sahabat di Ibu Kota ini di masa penghujan
khususnya banjir selalu mengancam dan datang tak terduga hingga melumpuhkan
aktivitas di Ibu Kota.
1.3.1 Berikut pendapat
para ahli tentang penganggulangan banjir di Ibu Kota Jakrta.
·
Marco Kusumawijaya: Pertama adalah
karena lahan ruang untuk menghisap atau meresap air sudah sangat berkurang di
Jakarta, dan kedua adalah karena banyak saluran air yang terganggu (ahli tata
ruang kota).
·
Budi Widiantoro: Simple saja
sebenarnya, masyarakat bisa membantu dengan mempunyai kesadaran tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan
karena sampah yang berserakan dan menimbun merupakan salah satu penyebab banjir
(Dinas PU DKI Jakarta)
·
Hari
Tirto: Dengan menyadari bahwa
cuaca kadang susah untuk diprediksi sehingga masyarakat harus selalu
bersiap-siap setiap saat menghadapi banjir. Ingat, sebenarnya tidak ada yang namanya siklus 5
tahunan karena Indonesia yang beriklim tropis sangat dinamis
cuacanya, jadi masyarakat harus selalu
berjaga-jaga! (parkirawan BMKG)
Dapat
kita simpulkan dalam pandangan beberapa ahli diatas, peran masyarakat ada yang
paling berpengaruh utnuk menganggulangi masalah banjir yang selalu membelit
Daerah Ibuk Kota Jakarta.
1.3.2 Kita
sudah mendengarkan beberapa pendapat dari berbagai ahli,berikut adalah pendapat
dari masyarakat tentang penanggulangan bencana banjir.
“seharusnya,pemerintah
lebih menyadari bahwa penataan kota di Jakarta sangat tidak beraturan dan
merusak saluran air dan daerah resapan yang ada” (Hartati, 31 tahun
karyawan swasta)
“Peremrintah
harus menyediakan banyak dareah resapan air”
(Dodi, 21 tahun Mahasiswa)
“sehaursnya pemerintah dan masyarakan
bersama-sama berkoordinasi untuk membangun daerah resapan air dan pembenahan
saluran darnaise air di Jakarta” (Usman,
45 tahun Pegawai keamanan )
Benar, dapat kita simpulkan dari
pendapat dan suara diatas, penangulangan banjir ini harus ditanggapi dengan
serius dan diperlukan koordinasi anata pihak Permirntah dengan Masyaarakan
untuk meronrganisir agar banjir bisa ditanggulanggi dengan cara yang tepat dan
benar.lantas bagaimana kah cara yang efektif untung menanggulangi banjir?.
1. Bagaimana cara untuk menanggulangi
bencana banjir di Jakarta?
2.
Bagaimana pandangan badan Metereologi tentang banjir ?
3.
Apa saja yang diperlukan untuk menanggulangi banjir?
4.
Apa penyebab banjir di Indonesia ?
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dan kegunaan
tentang penanggulangan banjir di sungai Ciliwung diharapkan bisa :
1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bias berpastisipasi mencegah banjir
2. Memberikan motivasi agar setiap orang mau menanggulangi banjir.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara menanggulangi banjir.
1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bias berpastisipasi mencegah banjir
2. Memberikan motivasi agar setiap orang mau menanggulangi banjir.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara menanggulangi banjir.
1.5
Sistematik
Bab I
1.1
Pengertian Banjir
Banjir adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana
aliran airnya
tidak tertampung oleh palung sungai, karena debit
banjir lebih besar dari
kapasitas sungai yang ada.
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat
dikategorikan menjadi
dua hal, yaitu karena sebab – sebab alami dan karena
tindakan manusia.
Ada dua pengertian mengenai banjir :
- Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan ada genangan di sisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air.
- Gelombang banjir berjalan ke arah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air di muara sungai akibat badai.
1.2
Kategori banjir
Untuk daerah tropis berdasarkan sumber airnya, air
yang berlebihan itu dapat dikatagorikan dalam katagori :
- Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
- Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
- Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bendungan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan bangunan pengendalian banjir.
- Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya /longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/ bendungan tak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.
1.3 Yang termasuk sebab alami diantaranya :
Curah hujan
Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan
banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai,
maka akan
timbul banjir atau genangan .
·
Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk,
dan kemiringan
Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai,
Geometri
hidrolik (Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan
memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai .
·
Erosi dan sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas
penampungan sungai,
karena tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila
terbawa air
hujan ke sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas
sungai dan
saat terjadi aliran yang melebihi kapasitas sungai
dapat
menyebabkan banjir.
·
Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai
disebabkan oleh
pengendapan yang berasal dari erosi dasar sungai dan
tebing sungai
yang berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.
·
Pengaruh air pasang
Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada
waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi
genangan/
banjir menjadi lebih tinggi karena terjadi aliran
balik
1.4 Yang termasuk penyebab banjir akibat tindakan
manusia diantaranya
·
Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai
Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha
pertanian yang
kurang tepat, perluasan kota dan perubahan tata guna
lainnya dapat
memperburuk masalah banjir karena berkurangnya daerah
resapan
air dan sediment yang terbawa ke sungai akan
memperkecil
kapasitas sungai yang mengakibatkan meningkatnya
aliran banjir.
·
Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di bantaran sungai
merupakan
penghambat aliran sungai.
·
Sampah
Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan
muka air
banjir karena menghalangi aliran.
Bab II
2.1 Pengertian banjir
Banjir
Banjir
adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya
tidak
tertampung oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari
kapasitas
sungai yang ada.
Secara umum
penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi
dua hal,
yaitu karena sebab – sebab alami dan karena tindakan manusia.
Yang
termasuk sebab alami diantaranya :
Curah hujan
Pada musim
penghujan curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
banjir di
sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka akan
timbul
banjir atau genangan .
Pengaruh fisiografi
Fisiografi
atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan kemiringan
Daerah
Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri
hidrolik
(Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan
memanjang,
material dasar sungai), lokasi sungai .
Erosi dan sedimentasi
Erosi di
DPS berpengaruh terhadap kapasitas penampungan sungai,
karena
tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila terbawa air
hujan ke
sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi.
Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan
saat
terjadi aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat
menyebabkan
banjir.
Kapasitas sungai
Pengurangan
kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan oleh
pengendapan
yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai
yang
berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.
Pengaruh air pasang
Air laut
memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan
dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi genangan/
banjir menjadi
lebih tinggi karena terjadi aliran balik (back water)
Yang
termasuk penyebab banjir akibat tindakan manusia diantaranya :
Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai
Perubahan
DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang
kurang
tepat, perluasan kota dan perubahan tata guna lainnya dapat
memperburuk
masalah banjir karena berkurangnya daerah resapan
air dan
sediment yang terbawa ke sungai akan memperkecil
kapasitas
sungai yang mengakibatkan meningkatnya aliran banjir.
Kawasan kumuh
Perumahan
kumuh yang terdapat di bantaran sungai merupakan
penghambat
aliran sungai.
Sampah
Pembuangan
sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air
banjir
karena menghalangi aliran.
2.2 Pengendalian Banjir
Merupakan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan pekerjaan
pengendalian
banjir, eksploitasi dan pemeliharaan, yang pada dasarnya
untuk
mengendalikan banjir, pengaturan penggunaan daerah dataran banjir
dan
mengurangi atau mencegah adanya bahaya/kerugian akibat banjir.
Ada 4
strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg,
1996) :
♦ Modifikasi
kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau
pengaturan
tata guna lahan)
♦ Modifikasi banjir
yang terjadi (pengurangan) dengan bantuan pengontrol
(waduk)
atau normalisasi sungai.
♦ Modifikasi dampak
banjir dengan penggunaan teknis mitigasi seperti
asuransi,
penghindaran banjir (flood profing)
♦ Pengaturan
peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya
seperti penghijauan.
2.3 Penyebab Banjir
Banjir pada umumnya disebabkan curah hujan yang tinggi
di atas normal sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah serta sistem drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada
tak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Daya tampung sistem
pengaliran air tak selamanya sama tapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan
sungai, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah
tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit
banjir sehingga debit air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi
sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan memicu terjadinya erosi lahan curam
yang menyebabkan sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Di
samping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas
meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman yang padat dengan bangunan
sehingga daerah resapan air ke dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan
curah hujan yang tinggi sebagian air akan menjadi aliran air permukaan yang
langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui
dan mengakibatkan banjir.
2.4 Kajian Bahaya Banjir
2.4 Kajian Bahaya Banjir
Kajian bahaya banjir sebagai data historis dan empiris
yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kerawanan dan langkah-langkah
antisipasi banjir suatu daerah. Kajian ini meliputi :
- Catatan kejadian banjir di masa lalu (lokasi, frekuensi, luas genangan, lama genangan).
- Pemetaan topografi untuk menentukan wilayah dataran banjir.
- Data hujan (kejadian hujan ekstrim, periode ulang)
- Peta tata guna lahan
- Peta sebaran penduduk
2.5 Parameter Banjir
Parameter atau tolok ukur ancaman/bahaya dapat
ditentukan berdasarkan :
- Luas genangan (km2 . ha)
- Ketinggian banjir (m)
- Kecepatan aliran (m/detik, km/jam)
- Material yang dihanyutkan (batu, pohon, benda keras lainnya)
- Endapan lumpur (m, cm)
- Lamanya genangan (jam, hari, minggu)
- Frekuensi kejadian
2.6 Tinjauan Banjir dari Sisi Meteorologi
Bencana alam banjir disebabkan oleh buruknya sistem cuaca meso atau makro. Faktor meteorologis utama yang menyebabkan bencana banjir adalah hujan torensial (torrential rain/yaitu hujan deras yang sangat lebat dan cenderung menyebabkan banjir), distribusi hujan dan durasi hujan. Faktor lain yang penting adalah sifat fisik permukaan tanah. Siklon tropis juga dapat mempengaruhi sistem cuaca di Indonesia, terutama peningkatan perawanan, curah hujan, angin dan gelombang laut.
Awan konvektif jenis cumulus banyak muncul karena Indonesia merupakan
daerah konveksi aktif. Jika ia tumbuh menjadi Cumulonimbus dalam sistem cuaca
lokal maka akan menghasilkan hujan deras dan kemungkinan terjadinya petir.
Hujan deras ini sering menimbulkan banjir lokal dalam waktu yang relatif
singkat.

Gambar 2. Awan Cumulonimbus
Siklon tropis mempunyai sistem perawanan puluhan ribu kilometer persegi. Siklon tropis akan bergerak mengikuti punggung panas (thermal ridge) laut atau mengikuti gaya Coriolis yang lebih besar. (Thermal ridge: adalah kawasan sinoptik dengan skala suhu lebih panas). Di belahan bumi selatan, siklon tropis di Samudera Pasifik biasanya bergerak ke barat atau barat daya menghantam Australia.
Di sekitar daerah ekuator tidak terjadi siklon tropis. Hal ini dikarenakan salah satu syarat yang diperlukan dalam pembentukan nilai parameter Coriolis minimal harus dicapai yaitu pada lintang > 5 derajat Utara dan Selatan. Menuju ekuator parameter Coriolis menuju nol, artinya gaya Coriolis juga menuju nol. Jika gaya Coriolis lemah maka siklon tropis tak terbentuk.
Dampak siklon tropis bagi sistem cuaca di Indonesia adalah peningkatan curah hujan, angin dan gelombang laut, terutama pada daerah-daerah yang dekat dengan jalur (track) siklon tropis. Pada daerah yang dilalui oleh jalur siklon tropis akan dilanda banjir yang relatif lama, karena waktu hidup siklon tropis sekitar satu minggu.
Gambar 3. Siklon tropis

Gambar 4 & 5. Badai Katrina, sebuah siklon tropis besar yang melanda
wilayah tenggara AS 24-31 Agustus 2004 dan menyebabkan kerusakan yang besar.
Lebih dari 200.000 km² wilayah tenggara AS terpengaruh badai ini, termasuk
Lousiana, Mississippi, Alabama, Florida dan Georgia.
Pemanasan radiasi matahari terhadap bumi menyebabkan densitas udara permukaan mengecil sehingga terjadi sel tekanan rendah. Dalam sistem cuaca lokal menyebabkan konveksi atau arus udara ke atas (updraft). Konveksi ini membawa uap air dari tempat di sekitarnya karena ada konvergensi udara lokal pada sel tekanan rendah. Konveksi kuat menyebabkan awan konvektif jenis Cumulus atau Cumulonimbus yang menghasilkan hujan deras (shower), batu hujan es (hailstones) dan petir. jika drainase lokal tidak berjalan dengan baik maka hujan dari awan Cumulonimbus dapat menyebabkan banjir lokal.
Gambar 6. Awan Cumulonimbus
Pada bulan-bulan Desember, Januari dan Pebruari, Zona Konvergensi Intertropis (ZKI) umumnya berada di atas wilayah Indonesia yang terletak di belahan bumi selatan (BBS). Karena itu pada periode musim panas di BBS atau musim dingin di BBU, hujan torensial dapat terjadi di sekitar ekuator geografis. Hujan torensial di atas Zona Konvergensi Intertropis dapat menyebabkan bencana banjir skala luas.
Sebagian besar siklon tropis muncul di musim panas. Di belahan bumi selatan siklon tropis banyak muncul pada bulan-bulan Desember-Februari, sehingga curah hujan dari siklon ini memperbesar curah hujan yang disebabkan oleh sistem cuaca meso dan makro di atas wilayah Indonesia. Siklon tropis dapat mempengaruhi pola garis arus udara (stream line) dengan demikian mempengaruhi pola cuaca di atas wilayah Indonesia.
Gambar 7. Gambar analisa angin (streamline) dari Bureau of Meteorology
(BOM) Australian Government pada tanggal 23 Nopember 2009 jam 12.00 UTC (20.00
wita). Analisa tersebut digunakan untuk memperoleh pola cuaca, daerah
konvergensi, daerah angin siklonal dan antisiklonal.
Gambar 8. Curah hujan harian di Banjarbaru dan sekitarnya pada kisaran
tanggal 21-23 Nopember 2009. Dapat disimpulkan pada waktu itu terjadi hujan
lebat (> 50 mm).
Baik hujan konveksional, konvergensi maupun hujan siklon tropis, ketiganya disebabkan oleh sel tekanan rendah pada pusat awan konvektif, Zona Konvergensi Intertropis dan pada mata siklon tropis. Sel tekanan rendah ini menyebabkan konvergensi arus udara dan gerakan arus ke atas (updraft) yang membawa uap air. Awan konvergensi dan awan siklon tropis mempunyai sistem cuaca skala meso atau makro yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara curah hujan, infiltrasi dan limpasan.
Gambar 9. Bagan peristiwa bencana banjir


Pemanasan radiasi matahari terhadap bumi menyebabkan densitas udara permukaan mengecil sehingga terjadi sel tekanan rendah. Dalam sistem cuaca lokal menyebabkan konveksi atau arus udara ke atas (updraft). Konveksi ini membawa uap air dari tempat di sekitarnya karena ada konvergensi udara lokal pada sel tekanan rendah. Konveksi kuat menyebabkan awan konvektif jenis Cumulus atau Cumulonimbus yang menghasilkan hujan deras (shower), batu hujan es (hailstones) dan petir. jika drainase lokal tidak berjalan dengan baik maka hujan dari awan Cumulonimbus dapat menyebabkan banjir lokal.

Pada bulan-bulan Desember, Januari dan Pebruari, Zona Konvergensi Intertropis (ZKI) umumnya berada di atas wilayah Indonesia yang terletak di belahan bumi selatan (BBS). Karena itu pada periode musim panas di BBS atau musim dingin di BBU, hujan torensial dapat terjadi di sekitar ekuator geografis. Hujan torensial di atas Zona Konvergensi Intertropis dapat menyebabkan bencana banjir skala luas.
Sebagian besar siklon tropis muncul di musim panas. Di belahan bumi selatan siklon tropis banyak muncul pada bulan-bulan Desember-Februari, sehingga curah hujan dari siklon ini memperbesar curah hujan yang disebabkan oleh sistem cuaca meso dan makro di atas wilayah Indonesia. Siklon tropis dapat mempengaruhi pola garis arus udara (stream line) dengan demikian mempengaruhi pola cuaca di atas wilayah Indonesia.


Baik hujan konveksional, konvergensi maupun hujan siklon tropis, ketiganya disebabkan oleh sel tekanan rendah pada pusat awan konvektif, Zona Konvergensi Intertropis dan pada mata siklon tropis. Sel tekanan rendah ini menyebabkan konvergensi arus udara dan gerakan arus ke atas (updraft) yang membawa uap air. Awan konvergensi dan awan siklon tropis mempunyai sistem cuaca skala meso atau makro yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara curah hujan, infiltrasi dan limpasan.

Siklus hidrologi dapat dikatakan sebagai gerakan air
dalam tiga fasenya, yaitu fase gas (uap air), cair dan padat (es) dari osean,
darat atau tanaman ke dalam atmosfer melalui penguapan, sublimasi dan
transpirasi. Bagian-bagian dalam siklus hidrologi dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan dengan prinsip konservasi massa atau kontinuitas. Jadi arus masuk (inflow)
atau presipitasi (P), sama dengan arus keluar (outflow) ditambah
perubahan dalam sistem. Faktor arus keluar adalah evaporasi (E) dan limpasan
permukaan (Q) ditambah drainase bawah permukaan (subsurface) (D), sedangkan
faktor perubahan adalah air dalam simpanan (storage) (S), sehingga dapat
dirumuskan:




Gambar 10. Siklus hidrologi
Dari sejumlah bencana banjir yang terjadi dapat diketahui bahwa penyebab utama adalah faktor meteorologis unsur curah hujan terutama intensitas hujan, distribusi hujan dan durasi hujan. Faktor lain penyebab banjir adalah sifat-sifat fisis dari permukaan tanah, kandungan air tanah dan permukaan tanah (apakah tanah gundul, tanah bertanaman dan lain-lain).
2.7 Mitigasi Bencana Banjir
Dikarenakan sistem cuaca penyebab banjir berskala meso dan makro, maka penanganan banjir harus dilakukan secara terpadu, terutama pada daerah tangkapan curah hujan. Faktor limpasan permukaan, drainase dan simpanan air harus diperhatikan. Perlu dipertimbangkan juga simpanan air permukaan melalui tanaman, di samping kelembapan tanah dan daerah resapan.
Reboisasi perlu mendapat prioritas, di samping menambah hutan kota sebagai tempat resapan air dan tempat rekreasi. Di daerah pegunungan tanaman pepohonan juga penting untuk mengurangi energi kinetik tetes-tetes hujan yang jatuh dari dasar awan. Akar tanaman juga sangat penting sebagai pengikat tanah, sehingga erosi dan lonngsor dapat dicegah.
Sumber :
Anonim. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set BAKORNAS PBP. Jakarta.
Bayong Tjasyono. 2003. Geosains. Penerbit ITB. Bandung.
Bayong Tjasyono dan Sri Woro B. Harijono. 2007. Meteorologi Indonesia 2 Awan & Hujan Monsun. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Dari sejumlah bencana banjir yang terjadi dapat diketahui bahwa penyebab utama adalah faktor meteorologis unsur curah hujan terutama intensitas hujan, distribusi hujan dan durasi hujan. Faktor lain penyebab banjir adalah sifat-sifat fisis dari permukaan tanah, kandungan air tanah dan permukaan tanah (apakah tanah gundul, tanah bertanaman dan lain-lain).
2.7 Mitigasi Bencana Banjir
Dikarenakan sistem cuaca penyebab banjir berskala meso dan makro, maka penanganan banjir harus dilakukan secara terpadu, terutama pada daerah tangkapan curah hujan. Faktor limpasan permukaan, drainase dan simpanan air harus diperhatikan. Perlu dipertimbangkan juga simpanan air permukaan melalui tanaman, di samping kelembapan tanah dan daerah resapan.
Reboisasi perlu mendapat prioritas, di samping menambah hutan kota sebagai tempat resapan air dan tempat rekreasi. Di daerah pegunungan tanaman pepohonan juga penting untuk mengurangi energi kinetik tetes-tetes hujan yang jatuh dari dasar awan. Akar tanaman juga sangat penting sebagai pengikat tanah, sehingga erosi dan lonngsor dapat dicegah.
Sumber :
Anonim. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set BAKORNAS PBP. Jakarta.
Bayong Tjasyono. 2003. Geosains. Penerbit ITB. Bandung.
Bayong Tjasyono dan Sri Woro B. Harijono. 2007. Meteorologi Indonesia 2 Awan & Hujan Monsun. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Bab III
Dari
penjelasan diatas kita telah mengerti dan memahami banyak faktor yang
menyebabkan banjir,mulai dari faktor alam maupun faktor manusia,seharusnya
sebagai manusia harus menghargai alam,dan dengan mernghargai alam lah kita
dapat saling hidup berdampingan di alam semesta yang kaya ini.
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang
bisa kita ambil dalam penjelasan dan uraian diatas adalah sebagai mahluk hidup
seharusnya manusia lebih ramah dengan alam,melestarikan alam.dengan itu lah
kita manusia dapat tinggal dibumi ini tanpa perlu takut ditenggelamkan oleh air
secara tiba-tiba.
3.2 Saran
Saran daari kami
adalah seharusnya masyarakat dan pemerintah saling berkordinasi demi mewujudkan
susana alam dan kehidupan tanpa di nayanggi oleh banjir yang sewaktu-waktu datang,dan
dengan saling mernghargai anatara alam dan manusia lah yang dapat membuat kita
hidup bahgia.